Selasa, 11 Oktober 2016

Karangan fiksi



PENYESALAN 

            Dina duduk di beranda rumah sembari mengingat kejadian yang menimpanya tadi sewaktu pulang sekolah. Tidak hanya sekali dua kali kejadian itu terulang, namun hampir setiap hari. Dina jadi heran apa gerangan maksud nenek itu. Setiap dina lewat di gang kecil itu dina selalu bertemu nenek dengan pakaian compang camping seperti orang gila.
 “Siapa sebenarnya nenek itu?”. Gumamnya.
“Tapi, ah masa bodoh!”. Buat apa mikiri nenek yang tak di kenal itu, pikirnya.
            Dina tidak pernah menceritakan kejadian-kejadian aneh yang menimpanya itu kepada siapa-siapa, termasuk keluarganya. Adik dina yang sedari tadi memandangi muka kakaknya dengan perasaan ingin tahu. Tanpa dina sadari, adiknya telah lama memperhatikan tingkah lakunya itu.
“Kamu kenapa kak? Aneh banget sih”. Tanya adiknya.
“Aneh kenapa coba”. Keningnya mengkerut.
“Kayak ada sesuatu gitu yang di pikirin, cerita dong kak”. Renggek adiknya.
“Ah kamu, masih kecil belum tahu urusan orang dewasa”. Sambil pergi meninggalkan adiknya di beranda rumah.
            Awalnya Dina mengira kejadian itu hanya kebetulan saja, ternyata setelah ia selidiki nenek itu memang sengaja menunggu Dina lewat di gang kecil itu. Anehnya ketika bertemu dengan Dina, nenek tersebut langsung memeluk Dina dengan erat. Hal itu yang membuat Dina takut jika lewat di gang itu.
“Nenek itu sudah gila kali ya”. Piker Dina.
            Ketika pulang sekolah, panas terik mentari membuat keringat Dina bercucuran membasahi pipinya. Mulanya Dina enggan pulang karena ia tahu nenek itu pasti telah menunggunya di gang kecil itu. Dina pun memperlambat langkahnya. Sengaja Dina mampir dulu ke sebuah toko buku di dekat sekolahnya. Waktu telah menunjukkan pukul tiga sore. Dina pun segera beranjak pergi dan langsung pulang kerumah. “Nenek itu pasti sudah pergi”. Gumamnya dalam hati.
Langit kian meredup, Guntur mulai mengeluarkan suara pertanda hujan akan segera tiba. Dina  segera berlari karena ia tidak membawa payung. Di tengah perjalanan pulang Dina melihat ada segerombolan orang berkerumun di dekat gang itu. Dengan sangat terkejut, tenyata itu si nenek yang sering memeluknya. Nasib nenek sangat naas hari itu. tanpa sengaja nenek tertambrak angkot. Ketika sang nenenk mau menyebrang dari arah yang berlawanan ada sebuah angkot yang melaju dengan kencang, akhirnya sang nenek tertabrak dan meninggal dunia.
Sesampainya di rumah, Dina memceritakan semua kejadian yang di alaminya akhir-akhir ini, dan menceritakan kejadian yang telah menimpa nenek itu. Tercengang  ibunya mendengar kabar itu.
“Mengapa kamu tidak pernah ngomong ke ibu, Dina”. Sambil menangis.
“Memangnya kenapa bu, apa ibu kenal dengan nenek itu?’. Tanyanya.
“Itu nenek kamu Dina yang selama ini ibu cari-cari”.
“Apaaaa???”. Dina terkejut.
            Dina sangat menyesal karena tidak pernah memberitahu tentang kejadian itu kepada ibunya. Dina mengangis sambil memeluk ibunya. Apalah daya kini Dina tak bisa berbuat apa-apa selain menyesali perbuatannya.
“Maafkan Dina bu, maafkan dina”. Terisak menangis.

1 komentar:

  1. bagus gaya menulis yang singkat dengan karakter yang kuat. lanjutkan tulisanmu dan teruslah menulis

    BalasHapus