PENYESALAN
Dina duduk di beranda rumah sembari
mengingat kejadian yang menimpanya tadi sewaktu pulang sekolah. Tidak hanya
sekali dua kali kejadian itu terulang, namun hampir setiap hari. Dina jadi
heran apa gerangan maksud nenek itu. Setiap dina lewat di gang kecil itu dina
selalu bertemu nenek dengan pakaian compang camping seperti orang gila.
“Siapa sebenarnya nenek itu?”. Gumamnya.
“Tapi,
ah masa bodoh!”. Buat apa mikiri nenek yang tak di kenal itu, pikirnya.
Dina tidak pernah menceritakan
kejadian-kejadian aneh yang menimpanya itu kepada siapa-siapa, termasuk
keluarganya. Adik dina yang sedari tadi memandangi muka kakaknya dengan
perasaan ingin tahu. Tanpa dina sadari, adiknya telah lama memperhatikan
tingkah lakunya itu.
“Kamu
kenapa kak? Aneh banget sih”. Tanya adiknya.
“Aneh
kenapa coba”. Keningnya mengkerut.
“Kayak
ada sesuatu gitu yang di pikirin, cerita dong kak”. Renggek adiknya.
“Ah kamu,
masih kecil belum tahu urusan orang dewasa”. Sambil pergi meninggalkan adiknya
di beranda rumah.
Awalnya Dina mengira kejadian itu
hanya kebetulan saja, ternyata setelah ia selidiki nenek itu memang sengaja
menunggu Dina lewat di gang kecil itu. Anehnya ketika bertemu dengan Dina,
nenek tersebut langsung memeluk Dina dengan erat. Hal itu yang membuat Dina
takut jika lewat di gang itu.
“Nenek
itu sudah gila kali ya”. Piker Dina.
Ketika pulang sekolah, panas terik
mentari membuat keringat Dina bercucuran membasahi pipinya. Mulanya Dina enggan
pulang karena ia tahu nenek itu pasti telah menunggunya di gang kecil itu. Dina
pun memperlambat langkahnya. Sengaja Dina mampir dulu ke sebuah toko buku di
dekat sekolahnya. Waktu telah menunjukkan pukul tiga sore. Dina pun segera
beranjak pergi dan langsung pulang kerumah. “Nenek itu pasti sudah pergi”.
Gumamnya dalam hati.
Langit
kian meredup, Guntur mulai mengeluarkan suara pertanda hujan akan segera tiba.
Dina segera berlari karena ia tidak
membawa payung. Di tengah perjalanan pulang Dina melihat ada segerombolan orang
berkerumun di dekat gang itu. Dengan sangat terkejut, tenyata itu si nenek yang
sering memeluknya. Nasib nenek sangat naas hari itu. tanpa sengaja nenek
tertambrak angkot. Ketika sang nenenk mau menyebrang dari arah yang berlawanan
ada sebuah angkot yang melaju dengan kencang, akhirnya sang nenek tertabrak dan
meninggal dunia.
Sesampainya
di rumah, Dina memceritakan semua kejadian yang di alaminya akhir-akhir ini,
dan menceritakan kejadian yang telah menimpa nenek itu. Tercengang ibunya mendengar kabar itu.
“Mengapa
kamu tidak pernah ngomong ke ibu, Dina”. Sambil menangis.
“Memangnya
kenapa bu, apa ibu kenal dengan nenek itu?’. Tanyanya.
“Itu
nenek kamu Dina yang selama ini ibu cari-cari”.
“Apaaaa???”.
Dina terkejut.
Dina sangat menyesal karena tidak
pernah memberitahu tentang kejadian itu kepada ibunya. Dina mengangis sambil
memeluk ibunya. Apalah daya kini Dina tak bisa berbuat apa-apa selain menyesali
perbuatannya.
“Maafkan
Dina bu, maafkan dina”. Terisak menangis.
bagus gaya menulis yang singkat dengan karakter yang kuat. lanjutkan tulisanmu dan teruslah menulis
BalasHapus